Minggu, 02 Desember 2012

Review Lagu Lagu di Album A Thousand Suns


  1. (The Requiem) Komposisi singkat yang moodnya "haunting", dengan sound pad yang gelap, sesekali denting piano, dan suara perempuan (belakangan gw tau dari temen gw, ini suara Mike Shinoda yg diproses mati2an) yg dgn lirih menyanyi "God save us everyone..." menjadi sebuah intro yang cocok utk menggambarkan "kekelaman" album ini.
  2. (The Radiance) Sambungan langsung dari The Requiem, kita disuguhkan potongan interview dari Robert Oppenheimer, salah satu tokoh Manhattan Project yang digelari "Bapak Bom Atom".
  3. (Burning in the Skies) Komposisi berformat "single" pertama sampai sejauh ini, bertempo medium dan mood yg amat sangat jauh lebih tenang dibanding lagu2 LP pada umumnya, dengan lirik yang bernada penyesalan mendalam. Chester Bennington sang vokalis menyuguhkan performa yang apik, dengan penghayatan yg matang. Bukan penyesalan yang menangis meraung2, namun lebih kepada penyesalan yg merenung.
  4. (Empty Spaces) Komposisi terpendek di album ini, diberi judul yang sangat cocok, karena menggambarkan bagaimana sebuah ruang kosong yg hening (hanya ada suara jangkrik) di'perkosa' oleh peperangan, yang pada akhirnya hanya akan menyisakan ruang kosong kembali.
  5. (When They Come for Me) Komposisi yang cocok dikategorikan dalam genre "Synth Tribal", dengan beat kasar dr drum machine yg dilayer dengan drum dan perkusi akustik dari Rob Bourdon, serta distorsi gitar yg dilayer dengan distorsi synthesizer. Ditambah dengan liukan vokal bermotif etnik sebagai reffrain. Sebagian besar lirik disajikan dengan rap yang bernada sombong tapi catchy dari Mike Shinoda. Chester baru bernyanyi di bagian bridge ke belakang, masih dengan mood yg sama seperti lagu ke-3.
  6. (Robot Boy) Lagi2 lagu bernada kelam dengan Chester sebagai 'pemeran utama', seakan2 dia adalah sebuah robot yang hanya bisa mendendangkan melodi yang selalu sama (dan memang melody line-nya hanya 1, diulang2 terus) namun berisi pesan2 berbeda tentang harapan yg harus tetap disimpan di hati. Anehnya meskipun monoton, lagu ini tidak membosankan, mungkin karena aransemen dan build up yang pas.
  7. (Jornada del Muerto) Komposisi pendek, yang terjemahan bebasnya adalah "Route of the Dead Man". Bukan kebetulan mereka memilih judul ini, karena Jornada del Muerto adalah juga nama daerah di Amerika Serikat di mana di situ terdapat Tularosa Basin, tempat uji coba bom atom yang pertama.
  8. (Waiting for the End) Komposisi "single" berikutnya, dengan beat2 yang amat sangat hip-hop di awal lagu di bawah pimpinan rap-nya Mike Shinoda, kemudian pindah kendali ke Chester di reff, dan mengingatkan gw pada masa2 Beatles ketika mereka 'berguru' pada Ravi Shankar. Great song for a single, tp buat gw kurang interesting dan agak 'lepas' dari mood keseluruhan album. Ini adalah single ke-2 untuk album ini.
  9. (Blackout) Komposisi paling agresif di album ini! Buat yang dari tadi menantikan scream-vocalnya Chester, di sini tempatnya! Great performance juga dari Mr. Hahn dengan scratching dan beat-manipulationnya. Warna album Hybrid Theory dan Meteora paling terasa di lagu ini, sebagai obat kangen buat fans2 yang masih menyukai Linkin Park 'versi awal'.
  10. (Wretches and Kings) Ini juga salah satu komposisi yang agresif, diawali oleh pidato yang sama agresifnya dari Mario Savio, tentang pemberontakan terhadap "Sang Mesin", yang mungkin diartikan sebagai "otoritas negara". "... We, the animals, take control!!" teriak Chester. Agak2 bernuansa Rage Against The Machine menurut gw, hanya lebih sintetik, dan pake turn-table beneran, bukan gitarnya Tom Morello :D btw, Mr. Hahn rules here!!!
  11. (Wisdom, Justice, and Love) Kembali kita disuguhkan potongan pidato, kali ini dari Martin Luther King Jr., yg menarik kita dari mood 'kemarahan' ke mood 'perenungan'. Yang menarik adalah penggunaan vocoder di bagian akhir pidato, sehingga menimbulkan pertanyaan : Nurani manusiakah yg bicara? atau lagi2 alat dari "Sang Mesin"?
  12. (Iridescent) Komposisi terbaik dari album ini, menurut gw. Dengan melodi yang catchy, lirik yang penuh pengharapan, dan aransemen yang 'uplifting', seakan2 mengajak kita untuk kembali mengangkat kepala setelah musibah yang teramat berat.
  13. (Fallout) Komposisi pendek, dinyanyikan oleh sebuah robot(?). Lirik dari lagu "Burning In The Skies" diulang di sini, seakan2 menguatkan tema penyesalan.
  14. (The Catalyst) Saatnya untuk bangkit! Single pertama untuk album ini memukul keras dengan melodi dan liriknya, dengan mengulangi lirik di lagu "The Requiem" yang ternyata menjadi tema dasar keseluruhan album. Shinoda dan Chester sama2 bernyanyi di lagu ini, dengan intensitas yang hampir sama, terus terang di awal2 mendengarkan, gw sempet ga bisa membedakan antara mereka berdua.
  15. (The Messenger) Acoustic Linkin Park?? Ya, benar2 sesuatu yang mengejutkan, untuk komposisi penutup mereka bermain akustik, hanya dengan iringan gitar Brad Delson dan piano Mike Shinoda, seakan2 sebagai 'epilog' untuk cerita yang tadi sudah mereka tuturkan. Kalimat "... Love keeps us kind" menjadi pengingat bagi kita semua, sekaligus menutup album yang luar biasa ini. Cuma ada 1 hal yg sedikit mengganggu buat gw : untuk sebuah track akustik, Chester menyanyi agak terlalu berpower, sehingga moodnya kebanting.

0 komentar:

Posting Komentar